Translate

Senin, 30 Oktober 2017

Pria Misterius Menyayat Tiga Perempuan dengan Pisau di Siang Bolong. Cewek yang Suka Jalan Sendirian, Hati-Hati Ya.

Awal pekan ini, terjadi penyayatan beruntun yang menimpa dua orang remaja dan seorang anak perempuan di Yogyakarta. Aksi penganiayaan tersebut dilakukan oleh seorang pria misterius yang diduga adalah orang yang sama di ketiga tempat yang berbeda. Semua terjadi dalam kurun waktu kurang dari satu jam. Sementara itu ketiga korban yang semuanya perempuan tersebut sama-sama mengalami luka sayat di bagian lengan kanan. Diduga pula alat yang digunakan oleh pelaku berupa pisau kecil.

Korban pertama adalah Neli Ratna berusia 18 tahun, seorang mahasiswi. Ia mengalami penyayatan tepat di tengah hari.

Terjadi penyayatan di Yogyakarta yang kesemua korbannya adalah perempuan.
Terjadi penyayatan di Yogyakarta yang kesemua korbannya adalah perempuan. via jogja.tribunnews.com
Neli, seorang mahasiswi Universitas Ahmad Dahlan (UAD) adalah korban pertama dari penyayatan beruntun tersebut. Insiden mengerikan itu menimpa Neli sekitar pukul 12.00 WIB di Jalan Pramuka, Umbulharjo. Hingga Senin sore, Neli masih menjalani perawatan di rumah sakit Hidayatullah dan mendapatkan 26 jahitan di lengan kanannya.

Kurang dari setengah jam berikutnya, korban kedua yang seorang pelajar SMK mengalami kejadian serupa di Jalan Nyi Pembayun, Prenggan, Kotagede.

Kejadian penyayatan ini tidak berkaitan dengan perampok.
Kejadian penyayatan ini tidak berkaitan dengan perampok. via www.harianjogja.com
Sementara itu di tempat terpisah, seorang pelajar SMK Berbudi, Giwangan yang bernama Karni (16) -mengalami tragedi serupa pada sekitar pukul 12.22 WIB. Peristiwa penyayatan yang menimpa Karni tersebut terjadi di Jalan Nyi Pembayun, Prenggan, Kotagede, tepatnya depan toko HS Silver. Beruntungnya, peristiwa itu sempat terekam oleh CCTV.

Sementara itu tragedi penyayatan yang ketiga terjadi pada pukul 12.45 WIB di Kotagede yang korbannya adalah seorang siswi sekolah dasar.

ADVERTISEMENT
Nadila Eka Rahmawati (12), siswi kelas 6 SDN Randusari yang juga menjadi korban dari penyayatan.
Nadila Eka Rahmawati (12), siswi kelas 6 SDN Randusari yang juga menjadi korban dari penyayatan. via www.tribunnews.com
Saat itu korban sedang pulang sekolah dengan mengendarai sepeda kayuh. Sekitar pukul 12.45 saat sampai di tempat kejadian didekati pengendara motor dan langsung menyayat lengan kanannya.
Kapolsek Kotagede Kompol Suparman via daerah.sindonews.com
Nadila Eka Rahmawati (12), seorang pelajar sekolah dasar menjadi korban ketiga dari tragedi penyayatan beruntun yang misterius tersebut. Insiden yang dialami siswi SDN Randusari, Kotagede itu terjadi di depan sekolah Nadila sendiri di jalan Nyi Pembayun – Kotagede. Mulanya, Nadila tengah mengendarai sepeda dalam perjalanan pulang sekolah. Tiba-tiba, ia didekati oleh seorang pengendara motor yang tanpa tedeng aling-aling menyayat lengan kanannya. Akibat kejadian mengerikan tersebut Nadila setidaknya mendapatkan 20 jahitan di lengan kanannya.

Aparat belum dapat memastikan apakah pelaku dari ketiga penyayatan tersebut adalah orang yang sama. Meski banyak dugaan yang mengarah pada simpulan bahwa pelaku adalah orang yang sama.

Tragedi penyayatan yang terjadi Senin kemarin tentu membuat kaum hawa jadi was-was.
Tragedi penyayatan yang terjadi Senin kemarin tentu membuat kaum hawa jadi was-was. via nasional.news.viva.co.id
Aparat juga menolak menyimpulkan bahwa peristiwa itu berkaitan dengan kejadian serupa di tempat lain, yakni di kawasan Umbulharjo, Yogyakarta.
via nasional.news.viva.co.id.
Banyak dugaan yang mengarah bahwa ketiga peristiwa mengerikan itu didalangi oleh pelaku yang sama. Berdasarkan keterangan beberapa saksi di lokasi, pelaku di depan toko HS dan di depan sekolah Randusari memiliki kesamaan ciri-ciri, yakni mengendarai motor Supra, memakai jaket berwarna biru dongker, helm warna hitam, dan membawa tas ransel yang dikaitkan di stang motor. Selain itu selisih waktu antar kejadian pertama hingga ketiga masing-masing hanya sekitar 20 menit, belum lagi luka di tangan para korban yang juga sama (lengan kanan). Meski begitu aparat belum bisa menyimpulkan bahwa pelaku dari ketiga kejadian penyayatan tersebut adalah orang yang sama.
Apakah ini pelakunya sama dengan kejadian di Umbulharjo, yang juga ada korban disayat dengan senjata tajam, dan waktunya hanya selisih 20 menitan, hal tersebut belum ada benang merahnya.
– Kepala Polsekta Kotagede, Komisaris Polisi Suparman via nasional.news.viva.co.id –

Menyerang korban di tengah keramaian dan siang hari, memunculkan dugaan bahwa pelaku mungkin psikopat. Sekali lagi ini mungkin.

Belum bisa dipastikan apakah pelaku menderita gangguan mental atau bukan.
Belum bisa dipastikan apakah pelaku menderita gangguan mental atau bukan. via www.wichitasedgwickcountycrimestoppers.com
Kejadian siang hari ditengah keramaian, kalau orang normal tidak mungkin berani.
Kanit Reskrim Polsek Kotagede, Iptu Edi Subekti via www.harianjogja.com.
Muncul dugaan bahwa pelaku bisa saja menderita sakit mental atau psikopat. Karena penyerangan dilakukan saat keadaan tengah ramai dan di waktu siang hari. Akan tetapi ini hanya sebatas dugaan yang masih memerlukan penyelidikan lebih lanjut.

Mendengar berita di atas, tentu banyak dari kamu para cewek yang kerap jalan sendirian, terutama yang berdomisili di Yogyakarta, menjadi sedikit parno. Tapi jangan panik, kamu hanya perlu berhati-hati. Yang paling penting jangan lupa berdoa saat ke luar rumah. Semoga pelakunya segera terungkap dan tertangkap..
sumber: http://www.hipwee.com/feature/pria-misterius-menyayat-tiga-perempuan-dengan-pisau-di-siang-bolong-cewek-yang-suka-jalan-sendirian-hati-hati-ya/

14 Artikel Politik Terpopuler 2014

Kompasiana identik dengan tulisan-tulisan politik? Anggapan itu tidaklah keliru. Dengan empat subrubrik Politik, Hukum, Birokrasi, dan Hankam, rubrik Politik adalah rubrik yang paling ramai di Kompasiana. Rubrik Politik ini semakin istimewa pada tahun 2013 dan 2014, tahun-tahun politik menjelang Pilpres 2014. Karena itulah di rubrik Politik berseliweran artikel-artikel yang berusaha menggiring opini publik untuk memilih caleg atau capres tertentu. Dan, selama 2014 dua nama capres -- Joko Widodo dan Prabowo Subianto -- bisa jadi dua nama yang paling sering disebut di rubrik Politik Kompasiana sebagaimana dalam 14 artikel politik terpopuler 2014 berikut ini.

1. Prabowo Benar, Terbukti Jokowi Memang Curang


[caption id="attachment_389291" align="aligncenter" width="448" caption="Calon presiden Prabowo Subianto menyampaikan pidato penolakkannya terhadap hasil Pilpres 2014 di Rumah Polonia, Jakarta Timur, Selasa (22/7/2014). Pernyataan sikap tanpa kehadiran calon wakil presiden Hatta Rajasa tersebut merupakan bentuk kekecewaan dari tim pemenangan Prabowo Subianto-Hatta Rajasa terhadap pelaksanaan pilpres yang mereka nilai banyak diwarnai oleh kecurangan. (KOMPAS/WAWAN H PRABOWO) "]
[/caption]

Putusan Prabowo untuk mengundurkan diri dari Pilpres 2014 karena merasa dicurangi oleh Jokowi, mengagetkan banyak pihak. Namun, yang lebih mengagetkan dan membingungkan adalah kekalahan perolehan suara Prabowo dari perolehan suara Jokowi. Pasalnya, Koalisi Merah Putih adalah mayoritas dan menguasai birokrasi dari tingkat desa hingga pusat. Sang Pujangga menyetujui kecurigaan Prabowo terhadap Jokowi. Menurut Sang Pujangga, Jokowi curang karena mampu menarik dukungan dari jutaan relawan dalam negeri maupun luar negeri tanpa mengeluarkan biaya sepeser pun. Kedua, Jokowi curang karena melibatkan ratusan artis dalam kampanyenya tanpa membayarnya. Ketiga, Jokowi curang karena membuat para golputer turun gunung untuk turut memberikan suara dalam Pilpres 2014. Artikel dengan judul yang mengecoh ini pun berhasil menarik perhatian dan dibaca sebanyak lebih dari 153. 537 kali.

2. Inikah Penyebab Prabowo dan Titiek Soeharto Berpisah


[caption id="attachment_389292" align="aligncenter" width="450" caption="Prabowo Subianto (kiri) dan Siti Hediati Soeharto atau Titiek Soeharto. (TRIBUNNEWS/HERUDIN, KOMPAS/DANU KUSWORO)"]
[/caption]

Tragedi 1998 adalah salah satu sejarah kelam Indonesia. Kerusuhan memorak-porandakan Jakarta, menurunkan Soeharto dari tahta kepresidenan selama 32 tahun lamanya. Krisis moneter membuat ekonomi Indonesia memburuk. Harga-harga melambung tinggi, banyak usaha yang gulung tikar. Namun, tahukah rakyat Indonesia siapa yang harus bertanggung jawab atas semua itu? Benarkah Prabowo dalang di balik tragedi 1998 sebagaimana dituduhkan lawan politiknya? Apa yang menyebabkan ia dan Titiek Soeharto berpisah? Lewat paparannya yang menyedot pembaca lebih dari 140.772, Widawati Angkawijaya menuliskan dengan detail peristiwa politik pada 1998. Di dalamnya disebut-sebut pula nama Soeharto, Wiranto, Habibie, dan beberapa nama lainnya. Pada intinya Widawati Angkawijaya menyebut Prabowo sebagai korban politik.

3. Membuka Kebohongan dan Fitnah dari Para Politisi tentang Pemerintahan Megawati


[caption id="attachment_389532" align="aligncenter" width="448" caption="Megawati Soekarnoputri. (Kompas.com)"]
[/caption]

Politik memang bisa menghajar dari sisi mana saja. Pun dalam rangka mengalahkan Jokowi dalam Pilpres 2014, yang bisa "dibantai" tidak hanya Jokowi, tapi juga partainya, sejarah pemerintahan yang pernah dipimpin partainya. Dalam hal ini adalah Megawati Soekarnoputri dan masa pemerintahannya. Karena itulah digodok isu bahwa Megawati gagal memimpin Indonesia. Lalu, diwacanakan bahwa bila Jokowi jadi presiden, Megawati akan memberikan pengaruhnya kepada Jokowi dan karena itu bisa dipastikan kemungkinan besar pemerintahan Jokowi akan gagal pula, bahkan berbahaya bagi NKRI. Adapun isu yang digunakan untuk memfitnah Megawati adalah swastanisasi aset negara, BLBI (Bantuan Likuiditas Bank Indonesia), Sipadan dan Ligitan, penjualan gas tangguh, dan penjualan dua kapal tanker pertamina. Opini Hans Liem ini dilirik sebanyak lebih dari 85.110 kali.

4. Prabowo Terbakar di BBC News


[caption id="attachment_389450" align="aligncenter" width="446" caption="(Sumber: https://www.smh.com.au/world/indonesia-election-prabowo-comes-out-swinging-in-votes-dispute-20140711-zt3mz.html)"]
[/caption]

Pernyataan-pernyataan Prabowo Subianto dalam sebuah wawancara di BBC News setelah berbagai lembaga survei mengumumkan hasil real count Pilpres 2014 terkesan tidak realistis dan penuh prasangka buruk terhadap lawan politiknya, Jokowi. Pertama, Prabowo menuduh lembaga survei kredibel seperti CSIS, Kompas, dan SMRC yang menunjukkan suara Jokowi-JK unggul adalah lembaga survei partisan Jokowi-JK. Prabowo juga mengkritik Jokowi karena mengklaim kemenangan tanpa menunggu hasil resmi KPU, padahal dirinya sendiri pun melakukan hal yang sama. Ditanya mengenai style kepemimpinan, Prabowo menuduh gaya kepemimpinan Jokowi yang lebih merakyat hanyalah pencitraan, sedangkan permasalahan HAM yang disematkan pada dirinya untuk merusak namanya. Jawaban-jawaban Prabowo yang terkesan "meledak" dan tak berdasarkan fakta justru meneguhkan tidak adanya sifat ksatria pada dirinya. Opini Ian Wong yang muncul di Kotak Suara ini dibaca sebanyak lebih dari 71.613 kali.

5. Misi Rahasia Jokowi Menuju RI-1 Terbongkar...!


[caption id="attachment_389468" align="aligncenter" width="446" caption="Sumber foto: Antaranews"]
[/caption]

Artikel politik yang judulnya kontroversial, bombastis, dan terkesan menjanjikan terbongkarnya "aib" seseorang tentang Pilpres 2014 sudah pasti membuat gatal Kompasianer untuk mengekliknya. Salah satunya artikel Kandi Rahmat ini. Ia terheran-terheran melihat publik menunggu-nunggu Jokowi untuk membeberkan visi-misinya kalau berhasil jadi RI1. Padahal dibanding capres lain (baca: Prabowo) yang sudah jauh-jauh hari mengampanyekan diri menjadi capres dan terkesan sudah matang dan siap menjadi presiden, seharusnya Jokowi jadi capres yang "tak laku". Ataukah sebenarnya ada misi rahasia Jokowi menuju RI1? Kandi Rahmat pun membongkarnya dengan menguliti kinerja Jokowi semasa menjadi Wali Kota Solo dan gubernur DKI Jakarta. Menurut Kandi, tidak berbeda dengan misi sebelum-sebelumnya, misi Jokowi menuju RI1 adalah menyejahterakan, mendidik, menyehatkan, dan menegakkan keadilan untuk memajukan bangsa Indonesia yang lebih baik. Untuk itu, Jokowi akan membenahi sistemnya seperti yang telah dilakukannya di Solo dan DKI Jakarta. Opini Kandi ini diganjar view sebanyak lebih dari 66.931 kali.

6. Jokowi Membuat Papua Menangis



Papua selain terkenal dengan kekayaan alamnya, juga dikenal sebagai daerah konflik dan terbelakang. Tambahan lagi, Papua tidak dianggap sebagai kantong suara utama. Jadilah daerah ini sepi dari janji-janji politisi yang ingin mendulang suara. Namun, Jokowi membuktikan dirinya berbeda. Ia dan timnya tidak melihat Papua sebagai target suara, tapi sebagai bagian yang sah dari NKRI. Meski tak disambut dengan upacara, kedatangan Jokowi disambut dengan sukacita oleh masyarakat Papua. Orang-orang yang tinggal di gunung pun turun untuk bertemu dengan Jokowi. Melihat kesederhanaan Jokowi, mendengarkan pidatonya, bertatap langsung dengan Jokowi menerbitkan harapan baru bagi orang Papua. Jokowi menggetarkan hati orang Papua dan membuat mereka menangis. Artikel mengharukan karya Opa Jappy ini dibaca sebanyak lebih dari 63.211 kali.


7. Pernyataan-pernyataan Prabowo yang Membuat Saya Enggan Memilihnya


[caption id="attachment_389520" align="aligncenter" width="450" caption="Capres Prabowo Subianto. (TRIBUNNEWS/DANY PERMANA)"]
[/caption]

Gerak-gerik dan ucapan capres menjadi sorotan rakyat karena itulah salah sedikit saja bisa-bisa rakyat memindahkan pilihannya. Pun Paulus Teguh yang enggan memilih Prabowo dalam Pilpres 2014 karena lima pernyataan capres nomor satu tersebut. Kelima pernyataan tersebut adalah:

1. Saya setuju kepala daerah bekerja sama dengan FPI.

2. Kita anjurkan markas besar polisi, kalau milih polisi harus yang ganteng-ganteng dan yang cantik-cantik.

3. Saya akan perjuangan Soeharto jadi pahlawan nasional.

4. Untuk mengatasi masalah korupsi, naikkan gaji pejabat.

5. Kalau ada serangan fajar, terima saja uangnya, tapi coblos nomor 1.

Bahkan dari pernyataan-pernyataan tersebut, Paulus Teguh menilai Prabowo benar-benar gawat bila jadi presiden. Opini ini diganjar view sebanyak lebih dari 56.570 kali.

8. Luar Biasa, Inikah Cara Tuhan Melindungi Jokowi?


[caption id="attachment_389483" align="aligncenter" width="450" caption="Jokowi / kompas.com (Robertus Belarminus)"]
[/caption]

Bejo Al-bantani memiliki analisis menarik tentang bagaimana nasib baik selalu berpihak kepada Jokowi terkait posisinya sebagai capres.  Pertama adalah perlindungan Tuhan lewat peringatan Taufik Kiemas agar Jokowi menjauhi Prabowo karena Prabowo akan "menusuk dari belakang". Hal itu terlihat dari sikap Prabowo yang menebar citra ke media bahwa dialah pahlawan atas kepopuleran Jokowi-Ahok yang ketika baru menang pilgub DKI. Jusuf Kalla lalu mengklarifikasi bahwa dirinyalah yang "membawa" Jokowi ke Jakarta. Ketika pilpres berlangsung, Jokowi "dituntun" oleh Tuhan untuk memilih cawapres JK daripada Puan Maharani, Abraham Samad, dan Mafhud MD. Kemudian ketahuanlah bahwa Mahfud MD tersandung kasus suap dalam pilkada Banten. Sebelumnya, sebelum memutuskan berpihak ke kubu Jokowi atau Prabowo, PPP bertanya kepada Jokowi siapa cawapres pilihannya. Namun, Jokowi tak menjawabnya. Setelah itu PPP memutuskan berpihak kepada Prabowo. Tak lama kemudian, ketua umum PPP (Suryadharma Ali) ditetapkan sebagai tersangka KPK. Selain itu, Jokowi dikelilingi orang-orang baik, sementara Prabowo dikelilingi orang-orang yang bermasalah dan barisan sakit hati. Opini Bejo Al-bantani ini dibaca sebanyak lebih dari 54.424 kali.

9. SBY, "Presiden Terlicik yang Pernah Dimiliki Indonesia"

[caption id="attachment_389533" align="aligncenter" width="432" caption="Sumber: https://twitter.com/hashtag/shameyousby"]
14207345231364132817
14207345231364132817
[/caption]

Ketidaksinkronan antara pernyataan SBY bahwa Partai Demokrat mendukung pilkada langsung dengan aksi walkout kader Partai Demokrat dalam sidang yang membahas RUU Pilkada seolah-oleh membuka tabir skenario licik SBY. Dengan mudah sebagian publik menyimpulkan bahwa pernyataan dukungan tersebut hanyalah akal-akalan licik agar rakyat menilai Partai Demokrat berpihak kepada rakyat. Momen-momen ketika SBY melancarkan strategi licik tidak hanya itu. Sebut saja pernyataan bahwa Partai Demokrat netral tidak memihak Jokowi-JK maupun Prabowo, namun para petinggi dan kader Partai Demokrat dalam sikapnya malah memihak Prabowo-Hatta. Contoh lainnya lagi adalah pernyataan SBY kepada Megawati bahwa ia tidak akan mencalonkan diri menjadi presiden pada periode Pilpres 2004, namun pada kenyataannya ia kemudian menjadi capres dalam Pilpres 2014. Opini menohok telisikan Daniel H.t. ini menarik pembaca sebanyak lebih dari 54.449 kali.

10. Fakta Kunci Tuduhan Penculikan Prabowo


[caption id="attachment_389496" align="aligncenter" width="443" caption="Ilustrasi- Prabowo Subianto, salah satu Capres dari Partai Gerindra. (KOMPAS.com)"]
[/caption]

Nama Prabowo Subianto bagi sebagian orang mungkin melekat dengan peristiwa penculikan, penembakan mahasiswa Trisakti, dan tragedi 1998. Apakah fakta kunci tuduhan penculikan oleh Prabowo? Ratu Adil memaparkan secara detail. Berdasarkan fakta penculikan, mahasiswa yang diculik/diamakan sejumlah 24 orang. Mereka diamankan karena dianggap berpotensi mengganggu kestabilan nasional. Sejumlah 9 mahasiswa dari 23 mahasiswa yang diamankan Tim Mawar (Prabowo) dibebaskan, sisanya yang 15 dinyatakan hilang. Jadi, tidak benar bahwa Prabowo yang melakukan penculikan tersebut. Terkait penembakan mahasiswa Trisakti, pelurunya ternyata berasal dari Polri Unit Gegana, bukan dari Kopassus perintah Prabowo Subianto. Sementara itu, berdasarkan penyelidikan oleh Tim Gabungan Pencari Fakta, Prabowo Subianto terbukti tidak terlibat dalam Kerusuhan Mei 1998. Reportase oleh Ratu Adil ini dibaca sebanyak lebih dari 54.362 kali.

11. Izinkan Saya Membalas Surat Tasniem Fauziah


[caption id="attachment_389501" align="aligncenter" width="300" caption="Gambar: aktual.co"]
[/caption]

Seperti halnya ayahnya, Amien Rais, yang kontra-Jokowi, Tasniem Fauziah mengecam Jokowi atas putusannya menjadi capres dalam Pilpres 2014 melalui surat terbuka. Surat yang disoroti oleh publik itu pun dijawab oleh Hai Hai. Atas ketidaksetujuan Tasniem terhadap Jokowi yang menjadi capres sebelum masa jabatannya sebagai gubernur DKI Jakarta habis, Hai Hai menjawab bahwa Tasniem seperti halnya Soeharto yang berpikir bahwa tidak ada orang Indonesia yang sanggup menjadi presiden selain dirinya. Atas keraguan Tasniem akan kemampuan Jokowi memimpin 250 juta rakyat Indonesia, dijawab bahwa Jokowi tidak akan sendirian memimpin Indonesia, tapi dibantu para menteri dan para pejabat level tertentu. Atas pertanyaan Tasniem apakah kalau terpilih sebagai presiden, Jokowi akan punya keterikatan yang besar dengan Megawati, Hai Hai beropini tidak ada salahnya pengaruh Megawati terhadap Jokowi. Masih ada beberapa poin lainnya jawaban Hai Hai atas surat terbuka Tasniem Fauziah. Jawaban atas surat tersebut dibaca sebanyak lebih dari 53.636 kali.

12. Pak Amien Rais, Bacalah bila Anda Sempat


[caption id="attachment_389495" align="aligncenter" width="450" caption="Sumber: kompas.com"]
[/caption]

Amien Rais adalah salah satu politisi yang pada masa pilpres 2014 omongannya terkesan plintat-plintut alias berubah-ubah. Socrates Jadul sampai menuliskan empat unek-uneknya atas sikap Amien Rais dalam sebuah artikel. Pertama, ia mengeluhkan sikap pura-pura Amien Rais mendirikan MARA (Majelis Amanat Rakyat) seolah berjasa dalam reformasi namun kemudian mengubahnya menjadi PAN yang hanya mewakili Muhammadiyah. Kedua, atas kecerdikannya, Amien Rais bisa menjegal Megawati menjadi presiden lalu mendudukkan Gus Dur namun kemudian menurunkan Gus Dur pula. Ketiga, saat pilkada DKI, Amien Rais menjelekkan Jokowi secara frontal tapi kemudian memuji Jokowi untuk memasangkannya dengan Hatta Rajasa dalam Pilpres 2014 dan berubah lagi menjadi menjelekkan Jokowi. Keempat, Amien Rais bermanuver dengan membentuk "Koalisi Indonesia Raya" dan menyebut merangkul partai nasionalis, tapi dalam praktiknya yang berkumpul hanya partai berbasis Islam. Socrates Jadul mengharap klarifikasi dari Amien Rais dalam artikel yang dibaca sebanyak lebih dari 51.651 kali.

13. Saya Ingin Pilkada Langsung, tapi Saya Benci Jokowi


[caption id="attachment_389498" align="aligncenter" width="448" caption="Setelah Pilpres, beberapa partai politik berubah haluan tentang RUU Pilkada. (Sumber foto: RMOL dan Republika)"]
[/caption]

Pengesahan RUU Pilkada yang mengubah pilkada secara langsung menjadi tidak langsung pada 26 September 2014 membuat rakyat terhenyak seolah-olah kecolongan oleh tindakan diam-diam DPR. Menurut Maulana Syuhada, pilkada tak langsung jelas menguntungkan politisi yang tujuannya berkuasa, juga menguntungkan Koalisi Merah Putih. Meskipun demikian, tidak semua kader parpol Koalisi Merah Putih mendukung pilkada tak langsung. Demikian sebaliknya, tidak semua kader parpol Koalisi Indonesia Hebat mendukung pilkada langsung. Secara nalar dan hati nurani, pilkada langsung jelas lebih baik. Sayangnya, hak rakyat untuk secara langsung memilih pemimpin daerah ini direbut oleh DPRD. Opini ini dibaca sebanyak lebih dari 50.897 kali.

14. Pidato 3 Menit Capres di KPU Ungkap Segalanya


[caption id="attachment_389493" align="aligncenter" width="450" caption="Pasangan capres dan cawapres, Prabowo Subianto-Hatta Rajasa dan Jokowi-JK menunjukkan nomor urut saat acara pengundian dan penetapan nomor urut untuk pemilihan presiden Juli mendatang di kantor KPU, Jakarta Pusat, Minggu (1/6/2014). Pada pengundian ini, pasangan Prabowo-Hatta mendapatkan nomor urut satu sedangkan Jokowi-JK nomor urut dua. (TRIBUNNEWS/HERUDIN)"]
[/caption]

Satu momen dalam hajatan pilpres 2014 yang cukup menyedot perhatian rakyat adalah pidato capres-cawapres setelah mengambil nomor urut di kantor KPU. Rini Elrealvira menilai 3 menit pidato capres-cawapres mengungkap siapa sesungguhnya mereka, meliputi pola pikir, karakter, dan ide-idenya. Berdasarkan pidato 3 menit Prabowo, Rini Elrealvira menilai bahwa Prabowo menunjukkan sikap tegas, tidak basa-basi, tak curang dengan berkampanye, menghormati pilihan rakyat, menghormati rival politiknya, membanggakan koalisi dan cawapresnya, dan memberikan penghargaan yang tinggi kepada orang lain. Sementara itu, melalui pidatonya, Jokowi menunjukkan sikap sebaliknya, yakni tidak menunjukkan penghargaan terhadap rival politik dan cawapresnya. Jokowi semakin buruk karena beberapa kali berbicara dengan JK ketika Prabowo sedang berpidato. Lanjut Rini, pidato 3 menit tidak dapat mengakomodasi niat pencitraan capres-cawapres. Opini ini mampu menarik perhatian sebanyak lebih dari 50.056 kali.

Itulah 14 artikel politik terpopuler sepanjang 2014. Tentu hal yang patut disyukuri bahwa pada 2014 ini kesadaran rakyat untuk turut peduli pada politik praktis semakin meningkat. Pun Kompasianer yang setia menuliskan reportase dan opini politiknya demi Indonesia yang lebih baik. Terima kasih yang sebesar-besarnya dari Kompasiana. Salam! (NUR)

sumber: https://www.kompasiana.com/kompasiana/14-artikel-politik-terpopuler-2014_54f3795d7455137d2b6c7698

"Radikalisme" Kiai di Pilgub Jawa Timur 2018

Politik dan kekuasaan adalah salah satu fenomena menarik dalam kaitan dengan masyarakat tradisional. Menarik karena, umumnya sisi tradisionalisme masyarakat cenderung tak peduli soal-soal politik, bahkan menyerahkan kepada siapapun persoalan ini tanpa harus secara intens terlibat di dalamnya. 
Dalam berbagai kajian sosial, masyarakat tradisional atau mereka yang masih memegang kuat tradisi, justru sepi dari nuansa partisipasi politik, meskipun mereka tak bisa juga disebut sebagai komunitas yang benar-benar apolitis. Lalu, bagaimana menjelaskan fenomena para kiai yang justru "berpolitik" dalam ranah komunitas tradisional? Hal ini mudah dijelaskan, ketika para kiai se-Madura yang tergabung dalam Aliansi Santri, Pengasuh Pondok Pessantren dan Kiai (Aspek) yang menggalang ribuan tandatangan, meminta Presiden Jokowi "merestui" Khafifah Indar Parawansa untuk ikut kontestasi politik di Jawa Timur 2018 mendatang.
Keterlibatan kiai dalam politik, merupakan "nuansa kultural" yang khas dari sebuah ormas Islam terbesar di Indonesia, yaitu Nahdlatul Ulama (NU). Sudah sejak kelahirannya pada 1926 silam, NU menunjukkan wajah politiknya, menggalang kekuasaan politik dari serbuan aktivis modernisme Islam melalui penguatan solidaritas antarkiai dan pesantren yang terhubung secara kultural di seluruh penjuru Tanah Air. 
Aktivitas Islam modernis yang semakin marak waktu itu, dianggap sebagai "ancaman" bagi kekuatan politik pesantren dan para kiai, sehingga keberadaan NU sebagai ormas penjaga tradisi dianggap mendesak dan tentu saja penting. Momen kebangkitan NU memang kental dengan nuansa politis: berebut pengaruh soal kekuasaan, mempertegas kantung-kantung "kekuasaan" di daerah dan menyatakan sebagai eksistensi ormas Islam vis a vis kekuasaan negara.
Kiai tentu saja tak pernah sepi dari persinggungan politik, sejalan dengan sejarah tegaknya NKRI di bumi Nusantara ini. Para kiai seringkali dijadikan "simbol" bagi keabsahan sebuah kekuasaan, melihat dari sekian banyak penguasa politik yang sowan kepada mereka. Belum lagi keberadaan para kiai yang diadopsi secara struktural dalam kelembagaan negara, entah itu menjadi semacam penasehat, anggota parlemen atau sekadar afiliasi politik dalam simpul-simpul kekuasaan negara. 
Walaupun kecenderungan kiai NU dalam berpolitik praktis sempat membuat ormas Islam terbesar ini dirundung konflik dan mengeluarkan kebijakan Khittah-nya, tidak berarti secara serta merta, para kiai mengundurkan diri dari gelanggang politik-kekuasaan. Terlebih, NU saat ini sudah memiliki kendaraan politik pribadi, yaitu PKB, menambah kuat saja "gairah" politik para kiai belakangan ini.
Dukungan para kiai se-Madura soal pencalonan Khofifah di Pilgub Jatim 2018 merupakan bukti kuat soal "politisasi" kiai yang merespon secara cepat implikasi dunia politik. Paling tidak, desakan para kiai kepada Presiden Jokowi saat kunjungannya beberapa waktu yang lalu ke Madura, bukan sebatas soal permintaan restu saja, tetapi mendesak Presiden sebagai penguasa tertinggi negara, membuka lebar-lebar akses kekuasaan kepada Khofifah yang saat ini menjadi kandidat cagub  di Jatim. 
Saya kira, ini bagian dari "lobi tertutup" para kiai NU yang kebetulan bahwa Presiden Jokowi memang sedang "hangat-hangatnya" bermesraan dengan ormas berlambang bintang sembilan ini. jika umumnya para kandidat politik biasanya sowan ke kiai-kiai, untuk kasus Khofifah ini sedikit berbeda, para kiai-lah yang justru "sowan" kepada Presiden Jokowi di sela-sela kunjungan resminya.
Dalam tradisi NU, kepemimpinan politik umumnya ditandai oleh kecenderungan fiqh oriented yang menempatkan laki-laki yang lebih diterima sebagai pemimpin dibandingkan perempuan. Hal ini sudah berlangsung lama dalam tradisi ke-NU-an atas dasar cara pandang mereka yang berdasarkan kajian-kajian fiqih (yuriprudensi Islam). Walaupun melalui Munas Alim Ulama NTB tahun 1997 dan keputusan Muktamar NU ke 30 di Lirboyo tahun 1999, meneguhkan kebolehan perempuan menjadi pemimpin dengan syarat dan kapabilitas yang tentu saja "berkesesuaian" dengan kajian-kajian fiqh.
Para kiai NU melakukan lompatan luar biasa dalam soal paradigma fiqh yang sejatinya selalu dipegang teguh sebagai ciri khas komunitas pengangum tradisi. Perubahan paradigma ini tentu saja bersifat "radikal" dimana soal kebolehan perempuan menjadi pemimpin tidak saja bertentangan dengan diktum fiqh yang ada, tetapi juga melawan pemikiran mainstream umat muslim lainnya secara diametral. 
Bahkan, "radikalisme" justru sangat dirasakan ketika para kiai NU se-Madura justru "mendesak" Presiden Jokowi agar dapat memberi restu Khofifah yang nota bene perempuan dan kiai tentu saja seluruhnya dominasi laki-laki. Dalam domain yurisprudensi Islam klasik, yang tentu saja merupakan domain paradigma para kiai, kepemimpinan perempuan sulit untuk ditoleransi selama masih ada laki-laki yang juga menjadi kandidat dalam suatu kontestasi politik.
Menitipkan aspirasi politik kepada Presiden untuk Khofifah, padahal masih ada calon lain yang juga "kental" ke-NU-annya, seperti Syaifullah Yusuf, paling tidak menunjukkan fakta "radikalisme" para kiai pada Pilgub Jatim kali ini. Lucunya, disaat para kiai yang dominan laki-laki menyatakan dukungannya kepada Khofifah, ditempat yang sama sebelum Presiden Jokowi berkunjung, justru para Nyai (istri para kiai) membuat deklarasi terbuka mendukung Gus Ipul---nama trah NU Syaifullah Yusuf---yang digelar di salah satu pesantren milik pendiri NU yang kharismatis, Kiai Cholil Bangkalan.
 Politik di lingkungan masyarakat pesantren yang tradisional, ternyata tak hanya menjadi klaim para kiai, tetapi juga para istri mereka meskipun berbeda dalam hal dukungan politik. Apakah para Nyai ini juga sedang mengalami "radikalisasi" karena memilih laki-laki? Saya kira anda mudah menjawabnya, jika dikaitkan dengan kajian yurisprudensi Islam.
Dalam hal ini, saya tidak memberikan kesan "radikal" yang sejauh ini selalu dikonotasikan negatif oleh banyak pihak. Radikalisme para kiai berarti jelas, keluar dari diktum fiqh tradisional sekaligus berada di luar jalur mainstream umat muslim yang masih mempertanyakan soal kepemimpinan perempuan, walaupun dalam hal kepemimpinan politik yang diurus secara kolegial, seorang perempuan dengan kapasitas dan kapabilitas memimpin, tentu saja bukan masalah. 
Politik jelas bukan milik "kaum laki-laki" saja, tetapi kenyataan manusia yang semakin plural dan multikultural, semakin membuka lebih luas partisipasi politik tanpa memandang gender apalagi status sosial. Namun jika kiai berpolitik dan mendukung perempuan, ditengah para "nyai" yang justru mendukung kepemimpinan laki-laki, bukankah ini masuk dalam kategori bias gender? Apakah ini bentuk dukungan perempuan agar laki-laki tidak "berpoligami" dalam hal politik, saya tidak tahu. Namun, yang jelas, inilah fakta dukungan politik yang terjadi jelang Pilgub Jatim 2018.
sumber: https://www.kompasiana.com/syahirulalimuzer/59db117bca269b713774fa92/radikalisme-kiai-di-pilgub-jawa-timur-2018

Agenda CIA untuk Melemahkan Jokowi (Part 2)

Menyambung dari artikel sebelumnya. CIA sudah sejak lama mengamati Indonesia. Sejak digulingkannya Soeharto oleh rakyat dan Indonesia beralih ke era reformasi, maka Barat mulai mengantisipasi akan ancaman dari Indonesia. Maksudnya Barat mulai khawatir akan adanya sosok pemimpin Indonesia yang berkoar-koar menyatakan paham anti-Amerika dan anti-imperialisme yang pernah dideklarasikan Soekarno. Atas ketakutan itulah wajar bagi Barat untuk selalu mengawasi Indonesia.
Sosok pemimpin seperti itu, bagi Barat, adalah ancaman karena dapat memobilisasi massa dalam jumlah besar dan merupakan ancaman bagi kerjasama migas AS di Indonesia. Sosok pemimpin anti-Barat juga biasanya melakukan gerakan nasionalisasi industri-industri strategis seperti pertambangan, migas, dan industri lainnya. Nasionalisasi dibuat agar industri-industri strategis dalam negeri tidak diambil alih oleh asing, terutama dalam bentuk kepemilikan saham. Hal itu dimaksudkan untuk menjaga keutuhan kedaulatan negara.
Sebelum berbicara mengenai agenda terselubung CIA kepada Presiden Jokowi, terlebih dulu kita berbicara mengenai kasus penyadapan yang pernah menimpa Presiden SBY. CIA memiliki kekhawatiran bahwa sosok presiden yang berasal dari kalangan militer bisa lebih berbahaya karena bisa jadi di publik terkesan kalem dan sopan, tapi didalam hatinya bergejolak ingin menumpas segala hal yang berbau kebarat-baratan. Nah, karena itulah CIA mulai memata-mata SBY. Mereka ingin tahu sebenarnya SBY ini sosok presiden seperti apa.
 CIA pun bekerjasama dengan badan intelijen Australia ASD (Australian Signals Directorate) dan NSA (National Security Agency) untuk melakukan penyadapan terhadap SBY. Mereka penasaran, sebenarnya apa yang SBY dan para menteri-nya bicarakan dibalik layar? Apakah yang mereka bicarakan mengancam Amerika Serikat? 
Setidaknya dari catatan yang dipublikasikan ke publik, ada 10 sosok pejabat negara yang disadap oleh intelijen Australia yang didukung AS. Ada Boediono, Yusuf Kalla, Hatta Rajasa, Sri Mulyani, Sofyan Djalil, dan masih banyak yang lainnya. Dokumen rahasia penyadapan ini diungkapkan oleh mantan pegawai NSA Edward Snowden yang melarikan diri mencari perlindungan suaka ke negara-negara lain karena diburu oleh banyak pihak, terutama dari kalangan intelijen. 
Hasil dari penyadapan tersebut, ternyata SBY tidak berbahaya. ASD, NSA, dan CIA lalu menyimpulkan bahwa SBY bukanlah sosok anti-Amerika seperti yang dikhawatirkan mereka. Walaupun SBY berasal dari institusi militer, namun fokus SBY adalah lebih kepada diplomasi internasional dan relasi antar negara-negara. Beliau lebih sering berbicara di forum-forum internasional dan sering diundang menjadi pembicara dalam seminar internasional bertajuk perdamaian dunia. Tidak ada sama sekali pembicaraan SBY yang terkait kepada sentimen negatif anti-Amerika. Untuk itu, Barat pun bisa merasa lega, setidaknya untuk sementara.
Taktik CIA sekarang mulai berubah dari penyadapan, beralih ke taktik Perang Asimetris. Taktik tersebut kini dipakai CIA dalam pendekatan mereka terhadap Indonesia. Taktik mereka berubah seiring pergantian Presiden di Indonesia. Perang Asimetris saat ini dipakai Barat (AS, CIA, dan lembaga-lembaga internasional) dalam melemahkan Indonesia, bukan dengan cara-cara militer. 
Dan ini terbukti ampuh untuk memporak-porandakan banyak negara di Timur Tengah. Bisa dengan perjanjian internasional, kerjasama terorisme, pendanaan asing ke Indonesia, kerjasama hutang dan pinjaman Bank Dunia, UU yang pro-asing yang melemahkan kedaulatan NKRI, menggerakkan massa untuk turun ke jalan menentang pemerintahan atau bahkan berencana menggulingkan Jokowi (seperti kasus makar yang pernah terjadi dalam aksi demo kelompok Islam), atau bisa dengan cara pengrusakan mental generasi muda melalui Free Sex dan narkoba. 
CIA memakai Perang Asimetris untuk melakukan tekanan terhadap rezim pemerintahan Jokowi. Perang Asimetris yang dimaksud ini adalah memanfaatkan jaringan komunitas Islam di Indonesia, yang dipakai ke dalam arena politik, untuk memanaskan dan membuat gaduh suasana, lalu ujung-ujungnya membuat tekanan kepada Presiden Jokowi. 
Bisa juga sasaran mereka diarahkan kepada Kepolisian dan KPK. Perlu diketahui bahwa, dari perspektif global, pelemahan KPK juga masuk dalam agenda Perang Asimetris. Komunitas Islam Radikal juga memakai media sosial dan internet untuk menebarkan provokasi dan kebencian terhadap KPK serta mendukung blak-blakan DPR. Perang untuk merusak pemerintahan dari dalam. Jika sudah rusak pemerintahan, koruptor pun bisa lebih bebas lagi korupsi.  
Definisi Perang Asimetris itu sendiri sayangnya berbeda-beda. Menurut versi Global Future Institute, Ada dua model peperangan asimetris. Pertama, memanfaatkan gerakan massa di jalanan dalam rangka menekan pemerintahan. Kedua, melalui permainan meja elite politik agar setiap kebijakan atau UU yang dibuat oleh pembuat UU terkesan mendukung asing. Kedua hal itu cukup efektif melemahkan Indonesia dari dalam tanpa melalui cara-cara militer. Perang Asimetris model pertama, yakni CIA memanfaatkan kelompok Islam Radikal di Indonesia untuk selalu menekan, menebar kebencian dan fitnah, kepada Presiden Jokowi. 
Sedangkan penerapan model kedua adalah UU di Indonesia saling tumpang-tindih, tidak jelas, terkesan ngawur, dan ada beberapa UU terutama UU kelautan/maritim dan UU migas yang faktanya lebih condong berpihak ke asing. Rusaknya mental pejabat dan generasi muda Indonesia juga sebenarnya merupakan bagian dari taktik asimetris Barat. 
Selama ini Jokowi tidak ingin terlibat terlalu dalam atau berkomentar mengenai hal ini. Beliau memang sangat hati-hati dan tidak sembarangan dalam memberikan pernyataan atau komentar. Jika tidak hati-hati. Maka suatu saat dua model peperangan asimetris ini akan "melukai" Indonesia dari dalam.
sumber: https://www.kompasiana.com/abdurozaqi/59dcddd4bde57517eb493872/agenda-cia-untuk-melemahkan-jokowi-part-2